Game Seru – Meta AI – Seorang pria ingin tahu cara membantu temannya keluar dari lemari. Seorang bibi kebingungan menyusun ucapan selamat kelulusan untuk keponakannya. Dan satu lagi bertanya bagaimana cara mengajak perempuan — “dalam bahasa Asia” — untuk mengetahui apakah dia tertarik dengan pria yang lebih tua.

Sepuluh tahun lalu, pertanyaan semacam itu mungkin dilontarkan di meja makan bersama teman, di bar pinggiran kota, atau di ruangan konseling dengan terapis atau rohaniawan. Namun kini, ratusan pengguna mem-posting percakapan pribadi mereka — termasuk yang mengundang rasa malu — bersama chatbot Meta AI di aplikasi feed publiknya. Ironisnya, sebagian besar dari mereka tampaknya tidak sadar bahwa percakapan tersebut dapat dibaca oleh siapa saja.

Fitur Discover yang Jadi Masalah

Seperti yang dilansir dari the washington post, Meta meluncurkan aplikasi khusus untuk chatbot AI-nya dua bulan lalu dengan tujuan memberikan jawaban personal dan komunikatif terhadap berbagai pertanyaan, layaknya ChatGPT milik OpenAI atau Claude milik Anthropic. Namun aplikasi ini memiliki satu fitur unik: feed “discover”, tempat pengguna dapat membagikan percakapan pribadi mereka secara terbuka — mencerminkan strategi Meta yang ingin menyuntikkan konten buatan AI ke dalam jaringan sosialnya.

Curhat Jadi Hiburan, Tapi Juga Risiko

Sejak diluncurkan April lalu, feed “discover” dibanjiri percakapan seputar kehidupan pribadi, identitas, spiritualitas, hingga filosofi. Sebagian pengguna mulai membagikan percakapan yang sengaja dibuat lucu. Namun tak sedikit yang malah menunjukkan gambar AI bernuansa seksual, promosi bisnis, atau topik politik seperti Donald Trump memakai popok.

Dalam beberapa kasus, pengguna yang menampilkan nama asli meminta bot untuk menghapus percakapan setelah menyadari telah membagikan pertanyaan yang memalukan.

Ketika AI Jadi Teman Curhat

Fenomena ini menunjukkan tren baru: orang makin sering menggunakan chatbot untuk memenuhi kebutuhan emosional dan hubungan sosial. Mulai dari masalah rumah tangga, tantangan keuangan, hingga pencarian makna hidup. Namun hal ini memicu kekhawatiran dari para pegiat privasi bahwa informasi sensitif tersebut bisa disalahgunakan oleh perusahaan teknologi.

“Banyak orang mengira ada tingkat kerahasiaan dasar saat bicara dengan chatbot,” ujar Calli Schroeder dari Electronic Privacy Information Center. “Padahal tidak ada. Segala yang diketikkan ke sistem AI setidaknya akan masuk ke server perusahaan tersebut.”

Meta mengklaim bahwa percakapan dengan Meta AI secara default adalah privat. Namun jika pengguna menekan tombol “bagikan” atau “publikasikan”, percakapan akan muncul di feed discover. Meski pengguna dapat memilih nama samaran, Meta tidak secara eksplisit menjelaskan ke mana percakapan itu akan dipublikasikan — yang membuat banyak pengguna bingung.

Beda Pendekatan Meta dengan ChatGPT

Strategi Meta menggabungkan aspek jejaring sosial dengan chatbot personal sangat berbeda dari kompetitor. ChatGPT dan Claude misalnya, tidak memiliki feed publik. Bahkan alat pembuat gambar seperti Midjourney dan Sora tidak memuat percakapan pribadi.

Feed discover Meta lebih menyerupai gabungan antara diari digital dan riwayat pencarian Google publik, lengkap dengan pertanyaan unik seperti bagaimana menanam padi di dalam rumah untuk istri orang Filipina, cara membuat balita pemilih makan, hingga kiat hemat sambil tetap menikmati hidup.

Visual yang diproduksi pun tidak kalah mencolok: dari Trump makan kotoran hingga Malaikat Maut naik sepeda motor.

AI Memicu Koneksi Emosional

Michal Luria dari Center for Democracy and Technology menyebut bahwa AI dirancang untuk merangsang respons sosial pengguna. “Kita secara naluriah merasa sedang berbicara dengan orang sungguhan, dan itu otomatis. Sulit diubah,” ujarnya.

CEO Meta, Mark Zuckerberg, pernah mengatakan bahwa salah satu fungsi utama Meta AI adalah membantu pengguna menjalani percakapan sulit dalam hidup mereka. Ia percaya penggunaan ini akan semakin penting seiring AI mengenal penggunanya lebih dalam.

“Orang akan menggunakan sesuatu yang menurut mereka berguna,” katanya kepada podcaster Dwarkesh Patel. “Kalau kamu pikir itu buruk padahal mereka menganggapnya sangat bernilai, sering kali kamu yang keliru.”

Cinta dan Seks: Topik Favorit di Meta AI

Topik cinta masih mendominasi feed Meta AI. Seorang wanita bertanya apakah pacarnya yang berusia 70 tahun benar-benar seorang feminis jika hanya bilang bersedia memasak namun tak pernah melakukannya. Meta AI menjawab bahwa ada “ketidaksesuaian” antara kata dan tindakan. Sementara pengguna lain bertanya cara membangun kembali diri setelah putus cinta, dan mendapatkan jawaban standar seperti “rawat diri” dan “tetapkan batasan”.

Namun tidak semua pertanyaan bersifat sehat. Seorang pengguna meminta gambar dua perempuan 21 tahun bergulat di lumpur dan mem-posting hasilnya dengan judul “Bikini berlumpur dan ciuman penuh gairah.” Ada juga yang meminta gambar perempuan berkulit putih bertubuh besar.

Regulasi yang mengatur chatbot masih sangat minim. Bahkan, Kongres AS tengah mempertimbangkan RUU pajak dan imigrasi yang berisi larangan negara bagian membuat aturan AI baru selama satu dekade ke depan.

Kasus kebocoran privasi dalam beberapa bulan terakhir mempertegas pentingnya transparansi. Seperti saat OpenAI mengumumkan bahwa ChatGPT dapat mengingat percakapan lama tanpa seizin pengguna. CEO-nya, Sam Altman, menyebut ini bagian dari AI yang akan “mengenalmu seumur hidup.” Namun pendekatan itu menuai kritik karena menjadikan chatbot bersifat memanipulatif dan terlalu “menjilat” pengguna.

Akhirnya, Pengguna Sendiri Mulai Bertanya

Akhirnya, pengguna sendiri yang mulai mempertanyakan praktik Meta AI. Seseorang bertanya mengapa begitu banyak orang tanpa sadar mem-posting hal pribadi di feed discover. Meta AI menjawab: “Mungkin orang-orang merasa nyaman membagikan hal tersebut, atau mungkin pengaturan platform membuatnya terlalu mudah untuk berbagi. Menurutmu bagaimana?”